Ketika “naturalisasi†mulai diterapkan di berbagai ranah kompetisi, benarkah hal tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk dapat meraih tahta juara?
Amoplus Magazine – Istilah naturalisasi mulai akrab kita dengar saat timnas sepak bola Indonesia merekrut sejumlah pemain asing untuk memperkuat squad. Teknisnya pemain asing yang secara aturan bisa atau memungkinkan diberikan status kependudukan sebagai WNI maka “label†WNI tersebut diberikan pada pemain yang bersangkutan. Singkatnya, atas dasar hal tersebut maka pemain asing yang bersangkutan bisa diperbantukan untuk memperkuat squad timnas di ranah kompetisi.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah cara tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk dapat meraih tahta juara? Pada praktiknya hal tersebut banyak dilakukan dalam berbagai kompetisi, tak melulu soal sepak bola. Fenomena yang terjadi saat ini adalah, hal tersebut seakan menjadi jaminan untuk dapat meraih hasil gemilang dalam sebuah kompetisi.
Dari banyaknya “produk lokal” yang secara legalitas kependudukannya sudah tak perlu dipertanyakan lagi, apakah tak ada yang mampu menyaingi kualitas “produk luar”, yang secara legalitas masih harus diupayakan?
Kemudian pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah, apakah tindakan tersebut merupakan suatu kecerdikan dalam melihat celah peluang kemenangan, atau bahkan mungkin bentuk ketidak percayaan diri dari suatu tim dalam menghadapi kompetisi?
Kompetisi COC PAHAMI telah usai beberapa waktu lalu. Dua jawara yang masing-masing terdiri dari kelas SQ dan SQL telah disahkan oleh panitia penyelenggara.
Ronald Safar dengan mobil Land Cruiser-nya kembali merebut gelar juara COC PAHAMI (SQ) untuk tahun ini. Sedangkan di kategori SQL mobil Toyota Calya milik Justin keluar sebagai rajanya di COC PAHAMI SQL 2019.
COC PAHAMI 2019 melibatkan 4 asosiasi sekaligus dalam penyelenggaraannya. Keempat asosiasi tersebut diantaranya adalah EMMA, MECA, USACI, dan IASCA. Semuanya bersinergi mengawal jalannya kompetisi agar tetap fair dan tertib.
COC PAHAMI sendiri sejatinya merupakan suatu kompetisi yang diselenggarakan oleh PAHAMI, melibatkan asosiasi-asosiasi member PAHAMI, dan diikuti oleh para peserta yang menggunakan produk-produk dari member PAHAMI. Persoalan yang muncul adalah, tidak semua brand produk yang beredar tanah air terdaftar sebagai member PAHAMI.
Pada technical meeting sebelum pertandingan berlangsung muncul pertanyaan soal produk “prototypeâ€. Keputusan yang disepakati saat itu adalah, selama produk tersebut memang diakui oleh brand yang bersangkutan (member PAHAMI) dan dapat dipertanggung jawabkan maka sah-sah saja untuk dipergunakan. Keputusan tersebutlah yang kemudian menjadi kontroversi di lapangan, saat beberapa kontestan memanfaatkan “seragam prototype†untuk memagari produk andalan yang dikenakannya. Ini mirip seperti proses naturalisasi dalam sepak bola, seperti yang kami jelaskan di atas.
Apapun itu, selama semua yang dilakukan sesuai dengan aturan main, maka pemenang akan tetap jadi pemenang. Baiknya para kompetitor menghormati apa yang telah menjadi kesepakatan bersama tersebut. Berbanggalah untuk para peserta yang telah mengikuti COC PAHAMI. Kompetisi tersebut bisa diibaratkan sebagai “FIFA WORLD CUP-nya” kompetisi audio mobil di tanah air. Untuk para pemenang kami ucapkan selamat atas kemenangannya, semoga musim depan kompetisinya bisa berjalan lebih kompetitif dan melibatkan lebih banyak peserta lagi didalamnya.
No comments so far.
Be first to leave comment below.